"Marhaposan tu Jahowa ma ho sian nasa roham, jala unang marpangunsandean ho tu pingkiranmu sandiri"."Trust in the LORD with all your heart, and do not lean on your own understanding". (Amsal 3:5)

Selasa, 20 Mei 2025

Launching Buku Budaya Batak Toba dan Dua Program Unggulan Pendidikan Taput: Wujud Nyata Kebangkitan Nasional

 


Tarutung, 20 Mei 2025 – Dalam semangat memperingati Hari Kebangkitan Nasional, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara menggelar kegiatan monumental berupa Launching Buku Budaya Batak Toba yang dilaksanakan secara meriah di Gedung Sopo Partukoan, Tarutung. Acara ini dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Tapanuli Utara, Dr. DENI PARLINDUNGAN LUMBANTORUAN, M.Eng.


Buku Budaya Batak Toba merupakan hasil karya para guru terbaik dari Taput yang telah berhasil menembus penerbit nasional PT. Erlangga. Dalam sambutannya, Wakil Bupati menyampaikan rasa bangganya terhadap para penulis buku ini. “Putra-putri Taput telah membuktikan bahwa mereka mampu berkarya di kancah nasional. Ini menjadi awal yang baik. Ke depan, saya berharap akan lahir lebih banyak lagi penulis dari daerah kita,” ujarnya dengan penuh semangat.


Selain peluncuran buku, acara ini juga menjadi momentum peluncuran dua program unggulan pendidikan Taput, yaitu TAPAMAJUMA dan SAITAPAIAS. Program TAPAMAJUMA berfokus pada peningkatan keterampilan dasar siswa dalam Maretong (berhitung), Manjaha (membaca), dan Martorsa (bercerita). Sementara itu, SAITAPAIAS menargetkan terciptanya lingkungan bersih di sekolah, gereja, dan masyarakat sebagai bentuk implementasi pendidikan karakter dan kepedulian terhadap lingkungan.


Acara turut dihadiri oleh berbagai elemen penting, antara lain USPIDA, Parade Guru, PGRI, Tokoh Adat, Rektor IAKN, para advokat, kepala sekolah, pengawas, korwil, serta seluruh guru penggerak dari jenjang PAUD, SD, hingga SMP se-Tapanuli Utara. Penulis buku Budaya Batak Toba yang merupakan para guru terbaik Taput juga mendapatkan apresiasi khusus dalam acara ini. Semua penulis mendapat piagam penghargaan dari Bupati Tapanuli Utara Dr. JONIUS TARIPAR PARSAORAN HUTABARAT, S.Si, M.Si yang diserahkan langsung oleh Bapak Wakil Bupati. 


Kegiatan diawali dengan Seminar Nasional tentang Budaya Batak yang menghadirkan Rektor IAKN, Prof. Dr. Albiner Siagian, sebagai narasumber utama. Seminar juga membahas isu-isu penting seperti kekerasan seksual pada anak dan perundungan di lingkungan sekolah.

Semarak acara semakin terasa dengan penampilan seni budaya dari anak-anak TK Pembina Tarutung dan siswa kelas 2 SD Sigotom. Acara penyambutan pun disemarakkan oleh tarian tortor khas Batak yang dibawakan siswa SMP Negeri 2 Tarutung.


Berdasarkan laporan panitia pelaksana dari Dinas Pendidikan Taput, Bontor Hutasoit, S.IP., M.SP., tercatat sebanyak 900 peserta hadir dalam kegiatan ini. Kehadiran para guru penggerak diharapkan dapat menjadi motor penggerak suksesnya implementasi TAPAMAJUMA dan SAITAPAIAS di seluruh sekolah.


“Kami yakin, dengan semangat kebangkitan nasional ini, dunia pendidikan di Taput akan bangkit lebih kuat, berbudaya, dan berkualitas,” tutup Wakil Bupati dalam pernyataan penutupnya.


Acara ini sepenuhnya disponsori oleh PT. Erlangga sebagai bentuk dukungan nyata terhadap kemajuan literasi dan budaya lokal di Tapanuli Utara.


















Buku Panduan : TAPAMAJUMA



 

Buku Panduan SAITAPAIAS



 

4 Level Guru di Era Digital: Apakah Anda Siap Naik Level?

 


1. Medium Teacher (Just Talk)

Guru pada level ini hanya berbicara – menyampaikan materi tanpa penghayatan mendalam, tanpa pendekatan kreatif, dan tanpa upaya memahami kebutuhan siswa. Mereka sekadar menyampaikan informasi, layaknya buku berbicara.

Risikonya, guru di level ini sangat mudah tergantikan oleh teknologi seperti video pembelajaran, chatbot, atau modul digital interaktif. Jika hanya bisa "ngomong", maka kehadirannya tidak lagi krusial.


2. Good Teacher (Explain)

Guru yang baik memiliki penguasaan materi yang kuat dan mampu menjelaskannya dengan runut, logis, dan mendetail. Mereka menjawab pertanyaan siswa dengan sabar dan tuntas, menjelaskan konsep yang sulit menjadi mudah.

Guru seperti ini melampaui kemampuan teknologi, karena mereka mampu merespons kebutuhan siswa secara langsung dan adaptif. Di saat teknologi memberikan penjelasan satu arah, guru ini bisa mengulang, mengganti sudut pandang, dan menyesuaikan penjelasan secara real-time.


3. Excellent Teacher (Demonstrate)

Level selanjutnya adalah guru yang mendemonstrasikan pelajaran secara nyata dan kontekstual. Mereka mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, kebutuhan nyata siswa, dan lingkungan sekitar.

Contohnya: mengajarkan matematika lewat jual beli di pasar, atau menjelaskan fisika lewat permainan sehari-hari. Guru ini membantu siswa "merasakan" pelajaran, bukan hanya "mendengar" atau "menghafal".


4. Great Teacher (Inspire)

Ini adalah level tertinggi: guru yang menjadi inspirasi. Ia tidak hanya mengajar, tapi menanamkan semangat belajar, karakter, dan nilai hidup. Keberadaannya membekas, bukan karena materi yang diajarkan, tapi karena pengaruhnya terhadap masa depan siswa.

Guru ini membentuk manusia, bukan hanya mengisi otak. Ia menumbuhkan rasa ingin tahu, keberanian mencoba, dan cinta belajar. Di hadapan guru seperti ini, teknologi pun tunduk, karena inspirasi tidak bisa diprogram.


Kesimpulan:

Di era digital, guru tidak bisa lagi hanya berada di level Medium. Teknologi dapat menyampaikan informasi lebih cepat dan efisien. Namun, manusia tetap membutuhkan sentuhan inspiratif, konteks nyata, dan keteladanan—hal-hal yang hanya dimiliki oleh guru yang menginjak level Excellent dan Great.

Mari bergerak naik level—dari pengajar menjadi pendidik sejati.

Pedoman dan Naskah Pidato HarKitNas 2025


 

Senin, 19 Mei 2025

Pelaksanaan Program Makanan Bergizi Gratis di SMP Negeri 4 Tarutung Berjalan Lancar dan Penuh Antusiasme


Tarutung, 19 Mei 2025 — Kegiatan Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dilaksanakan hari ini di SMP Negeri 4 Tarutung yang di pimpin Christopher Hutagalung, S.Pd selaku kepala sekolah, berlangsung dengan lancar dan sukses. Program ini merupakan bagian dari inisiatif peningkatan gizi siswa yang disponsori oleh BISUKMA, sebuah lembaga sosial yang dipimpin oleh Dr. Erikson Sianipar.

Seluruh siswa SMP Negeri 4 Tarutung menerima makanan dengan tertib dan penuh semangat. Antusiasme tampak dari raut wajah para siswa yang sangat senang dengan adanya kegiatan ini. Sebelum pembagian makanan, para siswa terlebih dahulu berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, sebagai wujud rasa syukur dan harapan agar makanan yang disantap membawa berkat serta kesehatan.


Kalbarita Hutapea, S.Pd, selaku PIC (Person in Charge) program MBG di SMP Negeri 4 Tarutung, menyampaikan rasa syukurnya karena sekolah mereka menjadi salah satu dari hanya 12 sekolah di Kecamatan Tarutung yang terpilih mengikuti program ini. “Kami sangat berterima kasih karena SMP Negeri 4 Tarutung menjadi bagian dari program ini. Menu yang disajikan sesuai dengan standar gizi dari pemerintah, dan kami berharap program ini benar-benar memberikan dampak positif terhadap kesehatan dan kemampuan belajar siswa,” ujarnya.


Kegiatan ini turut melibatkan seluruh guru di SMP Negeri 4 Tarutung yang berperan aktif dalam menyukseskan pelaksanaan MBG. Selain itu, pihak TNI juga hadir untuk mendampingi dan mengawasi kegiatan agar berjalan tertib dan sesuai dengan harapan pemerintah.

Dengan pelaksanaan yang berjalan baik, penuh keterlibatan semua pihak, serta sambutan hangat dari para siswa, program Makanan Bergizi Gratis ini diharapkan terus berlanjut dan memberikan manfaat nyata bagi peningkatan gizi serta prestasi anak-anak di Kabupaten Tapanuli Utara, khususnya Kecamatan Tarutung.




Selasa, 13 Mei 2025

Majalah Jendela Edisi LXVIII - Menyongsong Generasi Unggul Indonesia Emas


 

Kemendikdasmen Bersama YouTube dan Google Dukung Guru Manfaatkan AI untuk Pembelajaran


 Jakarta, Kemendikdasmen — Dalam mendukung perluasan akses terhadap pendidikan yang inklusif, relevan, dan bermutu bagi seluruh anak bangsa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan program Gemini Academy dan Akademi Edukreator dengan berkolaborasi dengan Google dan YouTube pada Rabu (7/5) di Gedung A, Lantai 3, Kantor Kemendikdasmen, Jakarta. 

Program ini juga dirancang agar tenaga pendidik juga dapat mengoptimalkan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) untuk mencari ide kreatif ataupun menciptakan proses belajar mengajar melalui konten edukatif digital. Melalui sinergi ini, integrasi teknologi digital di ruang kelas dan pengembangan sumber daya belajar yang adaptif akan terus dikembangkan untuk merespons tantangan zaman. Kolaborasi ini sekaligus mencerminkan komitmen bersama dalam membangun ekosistem pendidikan yang berkelanjutan dan memberdayakan, baik bagi peserta didik maupun tenaga pendidik di seluruh penjuru negeri. 

Salah satu guru yang hadir, Guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP 240 Jakarta, Ulfa Niswatul Awaliyah, mengatakan bahwa Gemini Academy merupakan program pelatihan keterampilan AI untuk para pengajar. Program ini katanya, dapat digunakan untuk mencari ide dan menggali informasi secara cepat, tepat, maupun efektif. Sejak mengikuti Gemini Academy, ia memahami cara merancang prompt yang sesuai untuk mendukung pembelajaran. Contohnya adalah ketika ia ingin menghadirkan metode permainan dalam pembelajaran struktur jaringan hewan dan tumbuhan, yang sering kali membuat siswa cepat bosan karena visualisasi di buku kurang jelas dan materi cenderung bersifat hafalan. Melalui penerapan metode bermain sambil belajar, para siswa menjadi lebih aktif, bersemangat, termotivasi, dan tidak mudah merasa jenuh saat mengikuti pembelajaran.  

“Harapan saya untuk Gemini Academy ini semoga bisa memberikan dampak yang baik bagi guru di Indonesia dengan menemukan ide, inovasi, kreasi, yang bisa membawa dampak terhadap pendidikan Indonesia ke arah yang lebih maju lagi,” ujar Ulfa Niswatul Awaliyah.

Sejalan dengan visi Pendidikan Bermutu untuk Semua, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti menegaskan pentingnya mengintegrasikan teknologi, seperti coding dan AI ke dalam kurikulum. Direktur Google Indonesia, Veronica Utami, mengatakan bahwa program ini telah menjangkau lebih dari 200.000 guru dari 35 provinsi. Melalui Gemini Academy, para pendidik dibekali pemahaman tentang konsep dasar AI, etika penggunaannya, serta keterampilan menyusun prompt secara efektif untuk memaksimalkan potensi AI dalam pembelajaran yang kreatif dan inovatif. 

“Ruang kelas tetap penting, lalu hubungan guru dan murid itu tidak akan mungkin tergantikan. Namun, kenyataannya dunia di luar kelas itu juga menawarkan kesempatan belajar yang sangat luas. Batasannya hanya keingintahuan dan kecintaan anak-anak kita terhadap proses belajar dan peran teknologi bisa mendukung itu,” terang Veronica Utami. 

Kepala Hubungan Pemerintahan dan Kebijakan Publik, YouTube Asia Tenggara, Danny Ardianto, mengatakan bahwa YouTube juga memainkan peran penting dalam membuka akses ke konten pendidikan berkualitas. Melalui inisiatif Akademi Edukreator, platform ini mendorong pertumbuhan kreator edukasi di seluruh Indonesia, menjangkau lebih dari 3.200 peserta dari 34 provinsi dalam tiga tahun terakhir. Program ini mengajak siapa pun, baik guru, pelajar, dosen, maupun profesional untuk berbagi ilmu lewat video. Ia juga menyoroti isu keamanan digital, khususnya terkait anak-anak di bawah umur yang mengakses konten yang tidak sesuai dengan usia mereka. Oleh karena itu, YouTube menyediakan aplikasi YouTube Kids dan fitur supervised experience yang disesuaikan berdasarkan kelompok usia tertentu.

“Kami percaya bahwa AI tidak akan pernah menggantikan peran guru, melainkan menjadi alat untuk memperkaya proses belajar mengajar. Inisiatif, seperti Gemini Academy dan Akademi Edukreator hanyalah permulaan dari komitmen kami. Bersama pendidik, orang tua, pembuat kebijakan, kami siap terus berkolaborasi untuk mendukung pendidikan yang bermutu dan aman untuk semua,” tutup Danny Ardianto. 

(Penulis: Riska Pramita/Editor: Denty A.)

Penulis: Penulis BKHM

Editor: Denty Anugrahmawaty

Sumber: 

https://staging-portal.kemdikbud.go.id/berita/Kemendikdasmen%20Bersama%20YouTube%20dan%20Google%20Dukung%20Guru%20Manfaatkan%20AI%20untuk%20Pembelajaran 

Sabtu, 10 Mei 2025

CERDAS BERSAMA : MEMBACA, BERHITUNG, BERCERITA

 

Desain Gambar :  Torus Manuntun Nababan, S.Pd.,M.Pd

“Cerdas Bersama” adalah gagasan yang berakar pada keyakinan bahwa kecerdasan tidak tumbuh dalam kesendirian, melainkan melalui kebersamaan dalam proses belajar yang menyenangkan, bermakna, dan membudaya. Melalui tiga pilar utama — Membaca, Berhitung, dan Bercerita, program ini menanamkan nilai-nilai literasi, numerasi, dan komunikasi sejak dini, membentuk fondasi karakter dan kecakapan hidup.

  1. Membaca bukan sekadar mengenali huruf, tetapi menumbuhkan rasa ingin tahu, empati, dan imajinasi. Dengan membaca, anak belajar memahami dunia dan dirinya sendiri. Budaya membaca memperkaya jiwa dan membuka cakrawala berpikir.

  2. Berhitung tidak hanya tentang angka, tetapi juga logika, keteraturan, dan pemecahan masalah. Kemampuan berhitung membentuk cara berpikir sistematis dan kritis dalam menghadapi tantangan nyata.

  3. Bercerita adalah seni menyampaikan pikiran, perasaan, dan pengalaman. Dalam bercerita, tumbuh keberanian untuk berbicara, mendengar, dan memahami satu sama lain. Ini adalah jembatan antara pengetahuan dan nilai-nilai kemanusiaan.

“Cerdas Bersama” mendorong keterlibatan aktif seluruh ekosistem pendidikan — siswa, guru, orang tua, dan masyarakat — untuk menciptakan ruang belajar yang kolaboratif dan berkelanjutan. Ketika membaca menjadi kebiasaan, berhitung menjadi tantangan yang menyenangkan, dan bercerita menjadi cara menyambung makna, maka pendidikan tidak lagi terbatas di ruang kelas, melainkan hidup dalam keseharian.

Dengan demikian, “Cerdas Bersama” bukan hanya program, melainkan gerakan budaya belajar yang mengakar, menguat, dan tumbuh bersama dalam semangat gotong royong menuju generasi yang literat, numerat, dan komunikatif.


Jumat, 09 Mei 2025

Permendikdasmen RI Nomor 3 TAHUN 2025 tentang SISTEM PENERIMAAN MURID BARU


 

Pertemuan Tim Penulis Buku Muatan Lokal Bersama Wakil Bupati Tapanuli Utara Berjalan Hangat dan Penuh Keakraban


 

Tapanuli Utara, 9 Mei 2025 — Suasana hangat dan penuh keakraban mewarnai pertemuan antara Tim Penulis Buku Muatan Lokal (Mulok) Kabupaten Tapanuli Utara dengan Wakil Bupati Tapanuli Utara, Dr. Deni Parlindungan Lumbantoruan, M.Eng di Kantor Wakil Bupati, Jumat (9/5). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian persiapan peluncuran Buku Muatan Lokal yang akan digunakan mulai tahun ajaran 2025/2026 untuk jenjang PAUD, SD, dan SMP.

Pertemuan ini terlaksana atas inisiatif dari Penerbit Erlangga, yang turut hadir dalam kesempatan tersebut. Tim Penulis juga didampingi oleh Kepala Dinas Pendidikan Tapanuli Utara, Bontor A. Hutasoit, S.IP., M.SP. Dalam suasana yang terbuka dan bersahabat, Wakil Bupati Dr. Deni Lumbantoruan dengan antusias menerima masukan dari para penulis mengenai isi dan arah buku yang akan menjadi cerminan nilai-nilai lokal Batak Toba di dunia pendidikan.

Dr. Deni menyampaikan apresiasinya atas peran aktif Penerbit Erlangga dalam mendukung program ini, termasuk pembiayaan penuh seluruh rangkaian kegiatan. "Kami sangat berterima kasih kepada Penerbit Erlangga atas komitmen dan dukungannya terhadap pendidikan di Tapanuli Utara. Ini adalah kolaborasi yang nyata dan bermanfaat," ujar beliau.

Foto: Bersama Tim Penulis, PT. Erlangga dan Wakil Bupati

Peluncuran Buku Muatan Lokal ini akan dilaksanakan pada 20 Mei 2025 bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional di SOPO Partukoan, dan akan dihadiri oleh seluruh kepala sekolah dari jenjang PAUD, SD, dan SMP se-Tapanuli Utara. Bupati Tapanuli Utara, Dr. Jonius Taripar Parsaoran Hutabarat, S.Si., M.Si. dan Wakil Bupati Dr. Deni Lumbantoruan dijadwalkan hadir langsung pada acara puncak tersebut.

Tak hanya peluncuran buku, acara juga akan menandai dimulainya dua program unggulan pendidikan daerah, yakni Program Berhitung, Membaca, dan Bercerita, serta Program Kebersihan Sekolah. Kedua program ini dirancang untuk memperkuat karakter, keterampilan dasar literasi numerasi, dan kesadaran lingkungan di kalangan pelajar.

Melestarikan Budaya Batak Toba di Era Digital

Dalam kesempatan ini, pentingnya pelestarian Budaya Batak Toba di era digital juga menjadi topik pembahasan utama. Buku Muatan Lokal yang disusun mengandung nilai-nilai budaya, bahasa, dan kearifan lokal Batak Toba sebagai bagian dari upaya membangun karakter generasi muda yang tangguh dan berakar pada identitas daerahnya.

Di tengah arus globalisasi dan paparan budaya asing yang begitu masif melalui media sosial dan internet, pelajar memerlukan fondasi budaya yang kuat agar tidak tercerabut dari akar budayanya. Budaya Batak Toba, dengan filosofi Dalihan Na Tolu, nilai gotong royong, hormat pada orang tua, dan kecintaan pada tanah kelahiran, dapat menjadi tameng moral yang membentengi pelajar dari pengaruh negatif seperti pergaulan bebas, penyalahgunaan media sosial, dan penurunan etika.

Buku Mulok ini tidak hanya mengenalkan sejarah dan budaya Batak Toba, tetapi juga mendorong siswa untuk mencintai, memahami, dan mempraktikkan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan sehari-hari.


Pertemuan ini menjadi titik awal sinergi antara pemerintah daerah, dunia pendidikan, dan pihak swasta dalam menghadirkan pendidikan bermutu yang berlandaskan budaya lokal. Diharapkan peluncuran buku ini tidak hanya menjadi seremoni semata, tetapi awal dari transformasi pendidikan di Tapanuli Utara yang berpihak pada karakter dan jati diri generasi penerus.



Selasa, 06 Mei 2025

Apa Pentingnya Literasi Numerasi di Sekolah?

 

Ilustrasi Kegiatan Literasi Numerasi di Sekolah

Literasi numerasi bukan sekadar kemampuan berhitung. Ia adalah keterampilan berpikir logis dan sistematis dalam memahami, menganalisis, serta menggunakan angka dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, literasi numerasi menjadi fondasi penting dalam mencetak generasi yang cakap dan adaptif.

Literasi Numerasi sebagai Senam Otak

Layaknya senam otak, literasi numerasi melatih kemampuan otak untuk bekerja lebih terstruktur, fokus, dan kritis. Ketika siswa menyelesaikan soal matematika atau membaca grafik, mereka sebenarnya sedang merangsang kerja otak kiri untuk berpikir logis dan otak kanan untuk memahami pola visual. Proses ini memperkuat koneksi antar-neuron dan meningkatkan kemampuan kognitif secara menyeluruh. Oleh karena itu, literasi numerasi bukan hanya meningkatkan kecerdasan matematika, tetapi juga daya nalar dan konsentrasi.

Manfaat Literasi Numerasi di Sekolah

1.      Membentuk Pola Pikir Kritis dan Analitis

Siswa yang terbiasa dengan numerasi akan lebih cepat mengenali pola, membuat perbandingan, dan menarik kesimpulan berdasarkan data. Ini adalah dasar dari berpikir kritis yang dibutuhkan dalam berbagai bidang ilmu.

2.      Mendukung Pembelajaran Antar Mata Pelajaran

o    IPA: Konsep volume, massa, suhu, dan kecepatan sangat membutuhkan pemahaman numerik. Misalnya, siswa dapat menghitung percepatan dalam pelajaran fisika dengan menggunakan rumus yang melibatkan literasi numerasi.

o    IPS: Ketika siswa membaca data sensus atau grafik pertumbuhan penduduk, mereka perlu kemampuan membaca angka dan menyimpulkannya dengan benar.

o    Bahasa Indonesia: Membaca grafik, tabel, atau data numerik pada teks nonfiksi menjadi bagian dari pemahaman bacaan.

o    Ekonomi dan Akuntansi: Numerasi adalah tulang punggung dalam menghitung laba, rugi, dan analisis keuangan.

o    Bahasa Indonesia

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, siswa sering membaca teks informasi, laporan, atau artikel yang menyajikan data dalam bentuk grafik, tabel, atau diagram. Literasi numerasi membantu siswa: Menafsirkan informasi kuantitatif dalam bacaan, Membuat kesimpulan dari data numerik dan Menyusun paragraf yang menyertakan angka dengan benar dan logis.

o    Bahasa Inggris

Bahasa Inggris sebagai bahasa global sering menggunakan konteks numerik dalam teks, seperti harga, statistik, jadwal, atau pengukuran. Literasi numerasi membantu siswa: Memahami teks prosedur, laporan ilmiah, atau artikel berita, Menggunakan angka dan satuan internasional dengan benar (misal: miles, feet, Fahrenheit), Membaca grafik atau tabel dalam soal-soal reading comprehension

o    Pendidikan Agama

Numerasi dalam pendidikan agama hadir dalam konteks: Perhitungan waktu salat (berdasarkan posisi matahari), Perhitungan zakat, warisan, dan perbandingan (faraidh). Analisis ayat-ayat Al-Qur’an atau kitab suci lainnya yang menyebutkan angka atau statistik simbolik

o    Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK)

Dalam PJOK, numerasi berperan dalam: Mengukur detak jantung, waktu lari, dan jarak tempuh., Menghitung kalori dan nutrisi dalam makanan sehat, Membaca hasil skor, statistik pertandingan, dan membuat grafik perkembangan latihan

o    Seni Budaya

Numerasi muncul dalam: Pola dan simetri dalam seni rupa, Ritme dan ketukan dalam musik (misalnya birama 3/4, 4/4), Penggunaan proporsi dalam menggambar atau mendesain karya visual.

o    TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)

Literasi numerasi sangat penting dalam: Memahami data digital, grafik, dan algoritma, Menggunakan fungsi spreadsheet (Excel atau Google Sheets), Membaca dan menyusun statistik dari media sosial, survei, atau program coding sederhana

o    Prakarya dan Kewirausahaan

Dalam prakarya dan kewirausahaan, numerasi sangat relevan untuk: Menghitung modal, keuntungan, dan biaya produksi., Mengukur bahan dan mengikuti petunjuk teknis dengan akurat, Membuat rencana usaha berdasarkan data pasar dan grafik tren

3.      Keterampilan Hidup Nyata

Literasi numerasi membekali siswa dengan keterampilan hidup seperti menghitung uang, membuat anggaran, membaca waktu, atau menafsirkan data dalam berita. Ini menjadikan siswa lebih siap menghadapi tantangan dunia nyata.

4.      Meningkatkan Kemampuan Problem Solving

Dalam setiap mata pelajaran, siswa dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan. Dengan literasi numerasi, mereka terbiasa menggunakan data dan logika untuk menemukan solusi yang tepat dan efisien.

Penutup: Mengapa Harus Dilaksanakan?

Literasi numerasi bukan hanya tanggung jawab guru matematika, melainkan tanggung jawab seluruh ekosistem pendidikan. Dengan mengintegrasikan literasi numerasi dalam berbagai pelajaran dan aktivitas di sekolah, seperti senam otak dan pembelajaran kontekstual, siswa akan lebih siap menghadapi tantangan akademik maupun kehidupan nyata. Oleh karena itu, penerapan literasi numerasi di sekolah bukan sekadar pilihan, melainkan keharusan dalam mencetak generasi cerdas dan tangguh di abad 21.

Sabtu, 03 Mei 2025

Di dalam Dialah Kita Kaya dalam Segala Hal : Mazmur 47:1-10

 

🔰 Pendahuluan:

Semua orang ingin hidup berkecukupan—tidak kekurangan, merasa aman, dan memiliki damai. Mazmur 47 mengingatkan kita bahwa sumber kekayaan yang sejati bukan berasal dari dunia, tapi dari Allah yang merajai seluruh bumi.


📖 Isi Khotbah (Ringkasan Pokok Utama):

✅ 1. Allah adalah Raja atas segala bangsa (ay. 1–2)

“Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!”

  • Kekayaan kita dimulai dari siapa yang kita sembah.

  • Karena kita menyembah Raja atas segala sesuatu, maka segala milik-Nya juga menjadi bagian kita sebagai anak-anak-Nya (warisan rohani dan jasmani).


✅ 2. Allah memberi warisan bagi umat-Nya (ay. 3–4)

“Ia memilih bagi kita warisan kita...”

  • Warisan ini bukan hanya tanah atau harta, tetapi juga identitas, damai, kasih, pengharapan, dan keselamatan.

  • Kita kaya karena diberi akses langsung kepada Allah dan semua berkat-Nya.


✅ 3. Allah memerintah dengan kuasa dan keadilan (ay. 5–9)

“Allah naik dengan sorak-sorai... Allah duduk di atas takhta-Nya yang kudus.”

  • Karena Allah memerintah, kita tidak hidup dalam ketakutan.

  • Dia memelihara dan memperhatikan hidup kita dengan penuh kasih dan kuasa.


✅ 4. Kekayaan dalam Kristus bersifat utuh (ay. 10)

“Para pemimpin bangsa-bangsa berkumpul sebagai umat Allah...”

  • Kekayaan sejati mencakup berkat rohani, kekuatan mental, hubungan yang dipulihkan, dan tujuan hidup yang jelas.

  • Semua ini kita miliki karena kita berada dalam perjanjian dengan Allah yang hidup.


🎯 Aplikasi Hidup Sehari-hari:

  • Syukuri apa yang ada, bukan menuntut apa yang belum ada.

  • Percaya bahwa Tuhan sanggup mencukupi segala kebutuhan.

  • Gunakan berkat untuk jadi saluran berkat bagi orang lain.

  • Hidup dengan damai dan tidak khawatir, sebab Raja kita memegang kendali.


🙌 Penutup:

Kita mungkin tidak selalu kaya secara materi, tapi dalam Kristus, kita tidak pernah kekurangan.
Kita kaya karena punya Allah yang Mahakuasa, Mahabaik, dan Mahamurah.
Mari kita hidup sebagai umat yang bersorak sorai, sebab Raja kita hidup dan berkuasa!


Tak Lagi Wajib 24 Jam Tatap Muka, Bahkan Kurang dari 16 Jam pun Guru Bisa Tetap Dapat Sertifikasi! Asalkan Total Beban Kerja Tetap 24 Jam

 

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, mengumumkan bahwa beban jam mengajar tatap muka bagi guru akan dikurangi dari 24 jam menjadi 16 jam per minggu. Namun, total beban kerja tetap 24 jam per minggu, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Syarat Pemenuhan Beban Kerja

Untuk memenuhi total beban kerja 24 jam per minggu, guru diwajibkan:

  • Mengajar tatap muka minimal 16 jam per minggu.
  • Melaksanakan kegiatan tambahan selama 8 jam per minggu, yang dapat berupa:
    • Bimbingan dan konseling kepada siswa.
    • Mengikuti pelatihan profesional.
    • Berpartisipasi dalam kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan.

Kegiatan tambahan ini harus dilaksanakan di satuan pendidikan tempat guru bertugas.

Dasar Hukum

Perubahan ini direncanakan akan dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan yang sedang dipersiapkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Meskipun demikian, ketentuan mengenai beban kerja guru tetap mengacu pada:

  • Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
  • Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Tujuan Perubahan

Kebijakan ini bertujuan untuk:

  • Mengatasi kesulitan guru dalam memenuhi jam mengajar tatap muka, terutama di sekolah dengan jumlah rombongan belajar yang terbatas.
  • Meningkatkan kualitas pendidikan melalui penguatan pendidikan karakter dan bimbingan kepada siswa.

Kegiatan yang Diakui

Untuk memenuhi total beban kerja 24 jam per minggu, selain mengajar tatap muka, guru dapat melakukan kegiatan berikut:

  • Membimbing dan melatih peserta didik.
  • Menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan.
  • Melaksanakan tugas tambahan yang relevan dengan peningkatan kualitas pendidikan, seperti menjadi wali kelas atau pembina ekstrakurikuler.

Kegiatan-kegiatan ini harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan didokumentasikan dengan baik untuk keperluan administrasi dan pencairan tunjangan profesi.

Dengan adanya perubahan ini, diharapkan guru dapat lebih fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan karakter siswa tanpa terbebani oleh kewajiban jam mengajar tatap muka yang sulit dipenuhi di beberapa kondisi sekolah.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai penghapusan kewajiban 24 jam tatap muka sebagai syarat tunjangan profesi guru:

Dibawah 16 Jam

Guru yang tidak memenuhi 16 jam tatap muka per minggu tetap dapat memenuhi syarat untuk menerima tunjangan profesi, asalkan total beban kerja mencapai 24 jam per minggu melalui kombinasi kegiatan lain yang diakui secara resmi.

Dasar Hukum

Perubahan kebijakan ini merujuk pada:

  • Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menetapkan beban kerja guru minimal 24 jam per minggu.
  • Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017, yang memungkinkan konversi kegiatan non-tatap muka menjadi ekuivalen jam mengajar.
  • Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018, yang mengatur beban kerja guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah.

Kegiatan yang Diakui sebagai Ekuivalen Jam Tatap Muka

Guru dapat mengonversi kegiatan berikut untuk memenuhi kekurangan jam tatap muka:

  • Membimbing dan melatih peserta didik, seperti pembinaan ekstrakurikuler atau kegiatan OSIS.
  • Melaksanakan tugas tambahan, seperti menjadi wali kelas, kepala perpustakaan, atau kepala laboratorium.
  • Mengajar di pendidikan nonformal, seperti program Paket A, B, atau C.

Setiap kegiatan memiliki ekuivalensi jam yang diakui, misalnya:

  • Wali kelas: diakui setara dengan 2 jam tatap muka per minggu.
  • Pembina OSIS: diakui setara dengan 1 jam tatap muka per minggu.
  • Pembina ekstrakurikuler: diakui setara dengan 2 jam tatap muka per minggu.d
  • Mengajar di program Paket A/B/C: diakui sesuai jam mengajar, maksimal 6 jam per minggu.

 Syarat Tambahan

Untuk mengonversi kegiatan tersebut, guru harus:

  • Melaksanakan kegiatan di satuan pendidikan tempat bertugas.
  • Mendapatkan surat tugas resmi dari kepala sekolah.
  • Mendokumentasikan kegiatan sebagai bukti administrasi.

Kesimpulan

Meskipun jam tatap muka dikurangi menjadi 16 jam per minggu, guru tetap dapat memenuhi syarat tunjangan profesi dengan menambahkan kegiatan lain yang diakui secara resmi untuk mencapai total beban kerja 24 jam per minggu. Kebijakan ini memberikan fleksibilitas bagi guru, terutama di sekolah dengan keterbatasan jam pelajaran.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat merujuk pada:

Apabila Anda memerlukan bantuan lebih lanjut dalam memahami atau mengimplementasikan kebijakan ini, silakan menghubungi dinas pendidikan setempat atau mengakses situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan