"Marhaposan tu Jahowa ma ho sian nasa roham, jala unang marpangunsandean ho tu pingkiranmu sandiri"."Trust in the LORD with all your heart, and do not lean on your own understanding". (Amsal 3:5)

Sabtu, 10 Mei 2025

CERDAS BERSAMA : MEMBACA, BERHITUNG, BERCERITA

 

Desain Gambar :  Torus Manuntun Nababan, S.Pd.,M.Pd

“Cerdas Bersama” adalah gagasan yang berakar pada keyakinan bahwa kecerdasan tidak tumbuh dalam kesendirian, melainkan melalui kebersamaan dalam proses belajar yang menyenangkan, bermakna, dan membudaya. Melalui tiga pilar utama — Membaca, Berhitung, dan Bercerita, program ini menanamkan nilai-nilai literasi, numerasi, dan komunikasi sejak dini, membentuk fondasi karakter dan kecakapan hidup.

  1. Membaca bukan sekadar mengenali huruf, tetapi menumbuhkan rasa ingin tahu, empati, dan imajinasi. Dengan membaca, anak belajar memahami dunia dan dirinya sendiri. Budaya membaca memperkaya jiwa dan membuka cakrawala berpikir.

  2. Berhitung tidak hanya tentang angka, tetapi juga logika, keteraturan, dan pemecahan masalah. Kemampuan berhitung membentuk cara berpikir sistematis dan kritis dalam menghadapi tantangan nyata.

  3. Bercerita adalah seni menyampaikan pikiran, perasaan, dan pengalaman. Dalam bercerita, tumbuh keberanian untuk berbicara, mendengar, dan memahami satu sama lain. Ini adalah jembatan antara pengetahuan dan nilai-nilai kemanusiaan.

“Cerdas Bersama” mendorong keterlibatan aktif seluruh ekosistem pendidikan — siswa, guru, orang tua, dan masyarakat — untuk menciptakan ruang belajar yang kolaboratif dan berkelanjutan. Ketika membaca menjadi kebiasaan, berhitung menjadi tantangan yang menyenangkan, dan bercerita menjadi cara menyambung makna, maka pendidikan tidak lagi terbatas di ruang kelas, melainkan hidup dalam keseharian.

Dengan demikian, “Cerdas Bersama” bukan hanya program, melainkan gerakan budaya belajar yang mengakar, menguat, dan tumbuh bersama dalam semangat gotong royong menuju generasi yang literat, numerat, dan komunikatif.


Jumat, 09 Mei 2025

Permendikdasmen RI Nomor 3 TAHUN 2025 tentang SISTEM PENERIMAAN MURID BARU


 

Pertemuan Tim Penulis Buku Muatan Lokal Bersama Wakil Bupati Tapanuli Utara Berjalan Hangat dan Penuh Keakraban


 

Tapanuli Utara, 9 Mei 2025 — Suasana hangat dan penuh keakraban mewarnai pertemuan antara Tim Penulis Buku Muatan Lokal (Mulok) Kabupaten Tapanuli Utara dengan Wakil Bupati Tapanuli Utara, Dr. Deni Parlindungan Lumbantoruan, M.Eng di Kantor Wakil Bupati, Jumat (9/5). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian persiapan peluncuran Buku Muatan Lokal yang akan digunakan mulai tahun ajaran 2025/2026 untuk jenjang PAUD, SD, dan SMP.

Pertemuan ini terlaksana atas inisiatif dari Penerbit Erlangga, yang turut hadir dalam kesempatan tersebut. Tim Penulis juga didampingi oleh Kepala Dinas Pendidikan Tapanuli Utara, Bontor A. Hutasoit, S.IP., M.SP. Dalam suasana yang terbuka dan bersahabat, Wakil Bupati Dr. Deni Lumbantoruan dengan antusias menerima masukan dari para penulis mengenai isi dan arah buku yang akan menjadi cerminan nilai-nilai lokal Batak Toba di dunia pendidikan.

Dr. Deni menyampaikan apresiasinya atas peran aktif Penerbit Erlangga dalam mendukung program ini, termasuk pembiayaan penuh seluruh rangkaian kegiatan. "Kami sangat berterima kasih kepada Penerbit Erlangga atas komitmen dan dukungannya terhadap pendidikan di Tapanuli Utara. Ini adalah kolaborasi yang nyata dan bermanfaat," ujar beliau.

Foto: Bersama Tim Penulis, PT. Erlangga dan Wakil Bupati

Peluncuran Buku Muatan Lokal ini akan dilaksanakan pada 20 Mei 2025 bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional di SOPO Partukoan, dan akan dihadiri oleh seluruh kepala sekolah dari jenjang PAUD, SD, dan SMP se-Tapanuli Utara. Bupati Tapanuli Utara, Dr. Jonius Taripar Parsaoran Hutabarat, S.Si., M.Si. dan Wakil Bupati Dr. Deni Lumbantoruan dijadwalkan hadir langsung pada acara puncak tersebut.

Tak hanya peluncuran buku, acara juga akan menandai dimulainya dua program unggulan pendidikan daerah, yakni Program Berhitung, Membaca, dan Bercerita, serta Program Kebersihan Sekolah. Kedua program ini dirancang untuk memperkuat karakter, keterampilan dasar literasi numerasi, dan kesadaran lingkungan di kalangan pelajar.

Melestarikan Budaya Batak Toba di Era Digital

Dalam kesempatan ini, pentingnya pelestarian Budaya Batak Toba di era digital juga menjadi topik pembahasan utama. Buku Muatan Lokal yang disusun mengandung nilai-nilai budaya, bahasa, dan kearifan lokal Batak Toba sebagai bagian dari upaya membangun karakter generasi muda yang tangguh dan berakar pada identitas daerahnya.

Di tengah arus globalisasi dan paparan budaya asing yang begitu masif melalui media sosial dan internet, pelajar memerlukan fondasi budaya yang kuat agar tidak tercerabut dari akar budayanya. Budaya Batak Toba, dengan filosofi Dalihan Na Tolu, nilai gotong royong, hormat pada orang tua, dan kecintaan pada tanah kelahiran, dapat menjadi tameng moral yang membentengi pelajar dari pengaruh negatif seperti pergaulan bebas, penyalahgunaan media sosial, dan penurunan etika.

Buku Mulok ini tidak hanya mengenalkan sejarah dan budaya Batak Toba, tetapi juga mendorong siswa untuk mencintai, memahami, dan mempraktikkan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan sehari-hari.


Pertemuan ini menjadi titik awal sinergi antara pemerintah daerah, dunia pendidikan, dan pihak swasta dalam menghadirkan pendidikan bermutu yang berlandaskan budaya lokal. Diharapkan peluncuran buku ini tidak hanya menjadi seremoni semata, tetapi awal dari transformasi pendidikan di Tapanuli Utara yang berpihak pada karakter dan jati diri generasi penerus.



Selasa, 06 Mei 2025

Apa Pentingnya Literasi Numerasi di Sekolah?

 

Ilustrasi Kegiatan Literasi Numerasi di Sekolah

Literasi numerasi bukan sekadar kemampuan berhitung. Ia adalah keterampilan berpikir logis dan sistematis dalam memahami, menganalisis, serta menggunakan angka dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, literasi numerasi menjadi fondasi penting dalam mencetak generasi yang cakap dan adaptif.

Literasi Numerasi sebagai Senam Otak

Layaknya senam otak, literasi numerasi melatih kemampuan otak untuk bekerja lebih terstruktur, fokus, dan kritis. Ketika siswa menyelesaikan soal matematika atau membaca grafik, mereka sebenarnya sedang merangsang kerja otak kiri untuk berpikir logis dan otak kanan untuk memahami pola visual. Proses ini memperkuat koneksi antar-neuron dan meningkatkan kemampuan kognitif secara menyeluruh. Oleh karena itu, literasi numerasi bukan hanya meningkatkan kecerdasan matematika, tetapi juga daya nalar dan konsentrasi.

Manfaat Literasi Numerasi di Sekolah

1.      Membentuk Pola Pikir Kritis dan Analitis

Siswa yang terbiasa dengan numerasi akan lebih cepat mengenali pola, membuat perbandingan, dan menarik kesimpulan berdasarkan data. Ini adalah dasar dari berpikir kritis yang dibutuhkan dalam berbagai bidang ilmu.

2.      Mendukung Pembelajaran Antar Mata Pelajaran

o    IPA: Konsep volume, massa, suhu, dan kecepatan sangat membutuhkan pemahaman numerik. Misalnya, siswa dapat menghitung percepatan dalam pelajaran fisika dengan menggunakan rumus yang melibatkan literasi numerasi.

o    IPS: Ketika siswa membaca data sensus atau grafik pertumbuhan penduduk, mereka perlu kemampuan membaca angka dan menyimpulkannya dengan benar.

o    Bahasa Indonesia: Membaca grafik, tabel, atau data numerik pada teks nonfiksi menjadi bagian dari pemahaman bacaan.

o    Ekonomi dan Akuntansi: Numerasi adalah tulang punggung dalam menghitung laba, rugi, dan analisis keuangan.

o    Bahasa Indonesia

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, siswa sering membaca teks informasi, laporan, atau artikel yang menyajikan data dalam bentuk grafik, tabel, atau diagram. Literasi numerasi membantu siswa: Menafsirkan informasi kuantitatif dalam bacaan, Membuat kesimpulan dari data numerik dan Menyusun paragraf yang menyertakan angka dengan benar dan logis.

o    Bahasa Inggris

Bahasa Inggris sebagai bahasa global sering menggunakan konteks numerik dalam teks, seperti harga, statistik, jadwal, atau pengukuran. Literasi numerasi membantu siswa: Memahami teks prosedur, laporan ilmiah, atau artikel berita, Menggunakan angka dan satuan internasional dengan benar (misal: miles, feet, Fahrenheit), Membaca grafik atau tabel dalam soal-soal reading comprehension

o    Pendidikan Agama

Numerasi dalam pendidikan agama hadir dalam konteks: Perhitungan waktu salat (berdasarkan posisi matahari), Perhitungan zakat, warisan, dan perbandingan (faraidh). Analisis ayat-ayat Al-Qur’an atau kitab suci lainnya yang menyebutkan angka atau statistik simbolik

o    Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK)

Dalam PJOK, numerasi berperan dalam: Mengukur detak jantung, waktu lari, dan jarak tempuh., Menghitung kalori dan nutrisi dalam makanan sehat, Membaca hasil skor, statistik pertandingan, dan membuat grafik perkembangan latihan

o    Seni Budaya

Numerasi muncul dalam: Pola dan simetri dalam seni rupa, Ritme dan ketukan dalam musik (misalnya birama 3/4, 4/4), Penggunaan proporsi dalam menggambar atau mendesain karya visual.

o    TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)

Literasi numerasi sangat penting dalam: Memahami data digital, grafik, dan algoritma, Menggunakan fungsi spreadsheet (Excel atau Google Sheets), Membaca dan menyusun statistik dari media sosial, survei, atau program coding sederhana

o    Prakarya dan Kewirausahaan

Dalam prakarya dan kewirausahaan, numerasi sangat relevan untuk: Menghitung modal, keuntungan, dan biaya produksi., Mengukur bahan dan mengikuti petunjuk teknis dengan akurat, Membuat rencana usaha berdasarkan data pasar dan grafik tren

3.      Keterampilan Hidup Nyata

Literasi numerasi membekali siswa dengan keterampilan hidup seperti menghitung uang, membuat anggaran, membaca waktu, atau menafsirkan data dalam berita. Ini menjadikan siswa lebih siap menghadapi tantangan dunia nyata.

4.      Meningkatkan Kemampuan Problem Solving

Dalam setiap mata pelajaran, siswa dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan. Dengan literasi numerasi, mereka terbiasa menggunakan data dan logika untuk menemukan solusi yang tepat dan efisien.

Penutup: Mengapa Harus Dilaksanakan?

Literasi numerasi bukan hanya tanggung jawab guru matematika, melainkan tanggung jawab seluruh ekosistem pendidikan. Dengan mengintegrasikan literasi numerasi dalam berbagai pelajaran dan aktivitas di sekolah, seperti senam otak dan pembelajaran kontekstual, siswa akan lebih siap menghadapi tantangan akademik maupun kehidupan nyata. Oleh karena itu, penerapan literasi numerasi di sekolah bukan sekadar pilihan, melainkan keharusan dalam mencetak generasi cerdas dan tangguh di abad 21.

Sabtu, 03 Mei 2025

Di dalam Dialah Kita Kaya dalam Segala Hal : Mazmur 47:1-10

 

🔰 Pendahuluan:

Semua orang ingin hidup berkecukupan—tidak kekurangan, merasa aman, dan memiliki damai. Mazmur 47 mengingatkan kita bahwa sumber kekayaan yang sejati bukan berasal dari dunia, tapi dari Allah yang merajai seluruh bumi.


📖 Isi Khotbah (Ringkasan Pokok Utama):

✅ 1. Allah adalah Raja atas segala bangsa (ay. 1–2)

“Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!”

  • Kekayaan kita dimulai dari siapa yang kita sembah.

  • Karena kita menyembah Raja atas segala sesuatu, maka segala milik-Nya juga menjadi bagian kita sebagai anak-anak-Nya (warisan rohani dan jasmani).


✅ 2. Allah memberi warisan bagi umat-Nya (ay. 3–4)

“Ia memilih bagi kita warisan kita...”

  • Warisan ini bukan hanya tanah atau harta, tetapi juga identitas, damai, kasih, pengharapan, dan keselamatan.

  • Kita kaya karena diberi akses langsung kepada Allah dan semua berkat-Nya.


✅ 3. Allah memerintah dengan kuasa dan keadilan (ay. 5–9)

“Allah naik dengan sorak-sorai... Allah duduk di atas takhta-Nya yang kudus.”

  • Karena Allah memerintah, kita tidak hidup dalam ketakutan.

  • Dia memelihara dan memperhatikan hidup kita dengan penuh kasih dan kuasa.


✅ 4. Kekayaan dalam Kristus bersifat utuh (ay. 10)

“Para pemimpin bangsa-bangsa berkumpul sebagai umat Allah...”

  • Kekayaan sejati mencakup berkat rohani, kekuatan mental, hubungan yang dipulihkan, dan tujuan hidup yang jelas.

  • Semua ini kita miliki karena kita berada dalam perjanjian dengan Allah yang hidup.


🎯 Aplikasi Hidup Sehari-hari:

  • Syukuri apa yang ada, bukan menuntut apa yang belum ada.

  • Percaya bahwa Tuhan sanggup mencukupi segala kebutuhan.

  • Gunakan berkat untuk jadi saluran berkat bagi orang lain.

  • Hidup dengan damai dan tidak khawatir, sebab Raja kita memegang kendali.


🙌 Penutup:

Kita mungkin tidak selalu kaya secara materi, tapi dalam Kristus, kita tidak pernah kekurangan.
Kita kaya karena punya Allah yang Mahakuasa, Mahabaik, dan Mahamurah.
Mari kita hidup sebagai umat yang bersorak sorai, sebab Raja kita hidup dan berkuasa!


Tak Lagi Wajib 24 Jam Tatap Muka, Bahkan Kurang dari 16 Jam pun Guru Bisa Tetap Dapat Sertifikasi! Asalkan Total Beban Kerja Tetap 24 Jam

 

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, mengumumkan bahwa beban jam mengajar tatap muka bagi guru akan dikurangi dari 24 jam menjadi 16 jam per minggu. Namun, total beban kerja tetap 24 jam per minggu, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Syarat Pemenuhan Beban Kerja

Untuk memenuhi total beban kerja 24 jam per minggu, guru diwajibkan:

  • Mengajar tatap muka minimal 16 jam per minggu.
  • Melaksanakan kegiatan tambahan selama 8 jam per minggu, yang dapat berupa:
    • Bimbingan dan konseling kepada siswa.
    • Mengikuti pelatihan profesional.
    • Berpartisipasi dalam kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan.

Kegiatan tambahan ini harus dilaksanakan di satuan pendidikan tempat guru bertugas.

Dasar Hukum

Perubahan ini direncanakan akan dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan yang sedang dipersiapkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Meskipun demikian, ketentuan mengenai beban kerja guru tetap mengacu pada:

  • Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
  • Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Tujuan Perubahan

Kebijakan ini bertujuan untuk:

  • Mengatasi kesulitan guru dalam memenuhi jam mengajar tatap muka, terutama di sekolah dengan jumlah rombongan belajar yang terbatas.
  • Meningkatkan kualitas pendidikan melalui penguatan pendidikan karakter dan bimbingan kepada siswa.

Kegiatan yang Diakui

Untuk memenuhi total beban kerja 24 jam per minggu, selain mengajar tatap muka, guru dapat melakukan kegiatan berikut:

  • Membimbing dan melatih peserta didik.
  • Menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan.
  • Melaksanakan tugas tambahan yang relevan dengan peningkatan kualitas pendidikan, seperti menjadi wali kelas atau pembina ekstrakurikuler.

Kegiatan-kegiatan ini harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan didokumentasikan dengan baik untuk keperluan administrasi dan pencairan tunjangan profesi.

Dengan adanya perubahan ini, diharapkan guru dapat lebih fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan karakter siswa tanpa terbebani oleh kewajiban jam mengajar tatap muka yang sulit dipenuhi di beberapa kondisi sekolah.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai penghapusan kewajiban 24 jam tatap muka sebagai syarat tunjangan profesi guru:

Dibawah 16 Jam

Guru yang tidak memenuhi 16 jam tatap muka per minggu tetap dapat memenuhi syarat untuk menerima tunjangan profesi, asalkan total beban kerja mencapai 24 jam per minggu melalui kombinasi kegiatan lain yang diakui secara resmi.

Dasar Hukum

Perubahan kebijakan ini merujuk pada:

  • Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menetapkan beban kerja guru minimal 24 jam per minggu.
  • Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017, yang memungkinkan konversi kegiatan non-tatap muka menjadi ekuivalen jam mengajar.
  • Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018, yang mengatur beban kerja guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah.

Kegiatan yang Diakui sebagai Ekuivalen Jam Tatap Muka

Guru dapat mengonversi kegiatan berikut untuk memenuhi kekurangan jam tatap muka:

  • Membimbing dan melatih peserta didik, seperti pembinaan ekstrakurikuler atau kegiatan OSIS.
  • Melaksanakan tugas tambahan, seperti menjadi wali kelas, kepala perpustakaan, atau kepala laboratorium.
  • Mengajar di pendidikan nonformal, seperti program Paket A, B, atau C.

Setiap kegiatan memiliki ekuivalensi jam yang diakui, misalnya:

  • Wali kelas: diakui setara dengan 2 jam tatap muka per minggu.
  • Pembina OSIS: diakui setara dengan 1 jam tatap muka per minggu.
  • Pembina ekstrakurikuler: diakui setara dengan 2 jam tatap muka per minggu.d
  • Mengajar di program Paket A/B/C: diakui sesuai jam mengajar, maksimal 6 jam per minggu.

 Syarat Tambahan

Untuk mengonversi kegiatan tersebut, guru harus:

  • Melaksanakan kegiatan di satuan pendidikan tempat bertugas.
  • Mendapatkan surat tugas resmi dari kepala sekolah.
  • Mendokumentasikan kegiatan sebagai bukti administrasi.

Kesimpulan

Meskipun jam tatap muka dikurangi menjadi 16 jam per minggu, guru tetap dapat memenuhi syarat tunjangan profesi dengan menambahkan kegiatan lain yang diakui secara resmi untuk mencapai total beban kerja 24 jam per minggu. Kebijakan ini memberikan fleksibilitas bagi guru, terutama di sekolah dengan keterbatasan jam pelajaran.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat merujuk pada:

Apabila Anda memerlukan bantuan lebih lanjut dalam memahami atau mengimplementasikan kebijakan ini, silakan menghubungi dinas pendidikan setempat atau mengakses situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan